Perubahan Psikososial Pada Lansia
Perubahan Psikososial Pada Lansia
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita penjatkan ke Hadirat Tuhan Ynag Maha Esa kerena berkat limppah
Rahmat dan Karunia-nya sehingga Kami dalam menyusun makalah mengenai Perubahan
Psikososial pada Lansia ini Terselesaikan.
Semoga
dengan makalah ini kami Para Mahasiswa/i dapat memenuhi kebutuhan sebagai bahan
ajar, meski begitu, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta
mesih membutuhkan perbaikan dan penyemputrnaan.
Tak
terlupakan kami mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya penyusunan
makalah ini.
Akhir
kata semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin
Akper
Yapenas 21 Maros
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................
B. Tujuan. ............................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia ............................................................
B. Batasan Lansia ............................................................
C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ............................................................
D. Masalah Yang Terjadi Pada Lansia ............................................................
E. Solusi Permasalahan ............................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................
Saran ............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah lansia terjadi baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Gejala menuanya struktur penduduk (ageing population) juga terjadi di Indonesia. Jika pada tahun 1990 jumlah lansia hanya sekitar 11 juta maka pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan peningkatan dari 6,3% menjadi 11,4% dari total populasi.
Proses penuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh dengan segala penyakit yang terkait, termasuk gangguan mobilitas dan alat gerak. Dengan demikian, golongan lansia ini akan memberikan masalah kesehatan khusus yang memerlukan bantuan pelayanan kesehatan tersendiri. Dengan usia lanjut dan sisa kehidupan yang ada, kehidupan lansia terisi dengan 40% masalah kesehatan.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian lansia
• Untuk mengetahui perubahan-perubahan lansia
• Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi lansia
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).
B. Batasan Lansia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59 tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90 tahun.
b. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).
C. Perubahan-perubahan
yang Terjadi pada Lansia
1.
Perkembangan jasmani
Penuaan
terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary
aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan
alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena
faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan
lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet
serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang
sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan
berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas
perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan,
seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan
postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat
sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung.
Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis,
dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan
yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal
dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih
juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang
menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi
kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan
untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi
tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit
mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan
kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya
lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk
mengalami cedera kulit.
Penuaan
juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy
pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki
lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi
pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk
beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain.
Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang
mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang
lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis
infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses
berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat
dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan
metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat
menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau
perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi
degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang
atau hilang.
Alat-alat
indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia.
Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan
dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di
suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk
membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata.
Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang.
Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan
interaksi sosial.
Pendengaran
dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan,
sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga
menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi
terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan
saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena
perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur
mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata,
sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive.
Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia
20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap
ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila
memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang,
dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat
berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang
paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur
titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak
ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran,
penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera
tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian
respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami
perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun
wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia
merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik
kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut
(1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok
(bungkuk),
(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,
(3) daya ingat mulai menurun,
(4) kondisi mata yang mulai rabun,
(5) pendengaran yang berkurang.
2.
Perkembangan Intelektual
Menurut
david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan
bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55
tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan,
hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia
memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran
tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya
seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan
penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan
lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat
beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan
bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan
dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan
memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan
intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat
dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau
depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut
salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang
ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi
terjadinya kepikunan.
3.
Perkembangan Emosional
Memasuki
masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa
tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan
diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa
tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru
seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi
lanjut usia.
Hal
– hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam
melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan
penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya
gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia
yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang
dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,
maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Pada
orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun
dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang
sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki
relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan
biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985).
Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang
buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring
dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan
untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian
diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam
kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan
mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi
ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Ohman
& Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa
sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang
mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan
reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan
individu untuk antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan
terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang
mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut
usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan
takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang
ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga
mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap
diri sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional
mereka lebih spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu
peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang
yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku
emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat
buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap
orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut
mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui
pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang
dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi
perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang
dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin
pasif pula perilaku emosional mereka.
4.
Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih
dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup,
harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan
memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda
“semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun
kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hawari (1997), bahwa :
1.Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.2.Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.
3.Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.
4.Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5.Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
5. Perubahan Sosial
Umumnya
lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu
dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan
dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik
buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
6. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian
besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh
berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban
terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua.
Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki
hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia
dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang
tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak
dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima
permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang
memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah
mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang
merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut
ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa
kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang
menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka
maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
D. Masalah-masalah yang di Hadapi pada
Lansia
Pada umumnya berbeda dengan pada
dewasa muda, karena masalah pada lansia merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua. Proses ini menyebabkan
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit dan memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya.
Menurut Robert Kane dan Joseph Ouslander , penulis buku “ Essentials of Clinical Geriatrics” , Permasalahan Lansia sering disebut dengan istilah 14 I.
1. Immobility (kurang
bergerak):
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan
tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
2. Instability (berdiri dan
berjalan tidak stabil dan mudah jatuh).
Akibat jatuh pada lansia pada umumnya adalah kerusakan
bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, seperti patah
tulang, cedera pada kepala. Penyebab instabilitas dapat berupa faktor
intrinsic, hal-hal yang berkaitan dengan keadaan fisik tubuh penderita karena
proses menua; dan faktor ekstrinsik yang berasal dari luar tubuh seperti
obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
3. Incontinence (beser buang
air senil).
Keluarnya air seni tanpa disadari, semakin banyak dan
sering, mengakibatkan masalah kesehatan atau lingkungan, khususnya lingkungan
keluarga. Untuk menghindari ini, lansia sering mengurangi minum. Upaya ini
justru menyebabkan lansia kekurangan cairan tubuh dan juga berkurangnya
kemampuan kandung kemih dalam menjalankan fungsinya.
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia).
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik
yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat.
5. Infection (infeksi).
Kekurangan gizi, kekebalan tubuh: yang menurun adalah
penyebab utama lansia mudah mendapat penyakit infeksi. Selain itu berkurangnya
fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus
(komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang, faktor
lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami
infeksi.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, daya pulih, dan kulit).
Akibat proses menua semua fungsi pancaindera dan otak
berkurang. Demikian juga gangguan pada saraf dan otot-otot yang digunakan untuk
berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, daya pulih terhadap
penyakitpun berkurang sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah
rusak.
7. Impaction (sulit buang air besar).
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya ini adalah
kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum,
akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus
menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran
di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat
terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah perut.
8. Isolation (depresi),
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua
menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
9. Inanition (kurang gizi ),
Kekurangan gizi dapat disebabkan ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi. Terutama karena isolasi sosial (terasing dari
masyarakat), gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri.
10. Impecunity (tidak punya uang),
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga
tidak dapat memperoleh penghasilan.
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan),
Masalah yang sering terjadi adalah menderita penyakit
lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang banyak, apalagi
penggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit akibat pemakaian berbagai macam
obat.
12. Insomnia (gangguan tidur),
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan
oleh para lansia, yakni sulit tidur, tidur tidak nyenyak, tidurnya banyak mimpi
mudah terbangun, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu
setelah bangun dipagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
Daya tahan tubuh yang menurun selain disebabkan karena
proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang
sudah lama atau baru diderita. Selain itu dapat juga disebabkan penggunaan
berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan
lain-lain.
14. Impotence (impotensi).
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan. Penyebab
disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin
sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos
yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin
pria terhadap rangsangan.
E. Solusi PermasalahanBerkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
a.
Berkanaan dengan Kesahatan Lansia (
fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan
menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan
memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang
diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat
diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung
serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka
pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
1.
Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
2.
Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
3.
Istirahat, tidur yang cukup
4.
Minum suplemen gizi yang diperlukan
5.
Memeriksa kesehatan secara teratur
b.
Berkanaan dengan Emosi :
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan
menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan
pikiran menjadi tenang.
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan
merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres
juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma,
darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan
memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak
lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup
dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa
juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan
otak kita dari kelelahan.
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah
beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus
mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.
Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan
hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan
hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya
hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih
berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan
dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
c. Berkanaan dengan Spiritual
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah
Belajar secara rutin dengan cara, membaca surat-surat pendek atau ayat Al-qur’an secara beransur-ansur.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Pada umumnya berbeda dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua. Proses ini menyebabkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.
Saran
Sebaiknya lansia mendekatkan diri kepada sang pencipta, misal; shalat fardu dan shalat sunnah, mengaji, dan lain-lain. Jangan terlalu banyak pikiran, istirahat yang cukup, jangan terlalu sering minum kopi atau minuman yang mengandung alkohol, hindari merokok, makan-makan yang sehat, olahraga sehat. Hidup sehat pada saat lansia pasti menyenangkan.
nant saya kasi masuk askepnya
ReplyDelete